Sabtu, 04 Desember 2010

aku ingin mencintaimu dg sederhana, II (terusan)

oleh Naptali Yasinta pada 22 November 2010 jam 19:39

"maaf ya de, aku cuma bisa ngasih ìni . Nnng..nggak bagus ya de ?" ucapnya terbata. Matanya dihujamkan ke lantai .

Kubuka secarik kartu kecil putih manis dg bunga pink dan ungu warna favoritku..
Sebuah tas salempang abuabu bergambar mickey mouse mengajakku tersenyum . Segala kesahku akan sedikitnya nafkah yg diberikannya menguap entah kemana. Tibatiba aku malu, betapa tak bersyukurnya aku .

"jelek ya de ? Maaf ya de .. Aku nggak bisa ngasih apaapa .. Aku belum bisa nafkahin kamu sepenuhnya, maafin aku ya de..."desahnya.

Aku tahu dia harus rela mengirit jatah makan siangnya untuk tas ini.
Kupeluk dia dan tangisku meledak dipelukannya. Aku rasakan tetesan air matanya juga membasahi pundakku .
Wajahnya di hadapanku. Masih dalam tunduk, air matanya mengalir.

Rabbi, mengapa sepicik itu pikiranku ? Yang menilai sesuatu dari materi ? Sementara besarnya karuniamu masih aku pertanyakan .

"a, lihat aku .." pintaku.
Ia menatapku lekat.
Aku melihat telaga bening di matanya. Sejuk dan menentramkan.
Aku tahu ia begitu menyayangiku, tapi keterbatasan dirinya menyeret dayanya utk membahagiakanku .
Tercekat aku menatap pancaran kasih dan ketulusan itu.
"tahu nggak.. Kamu ngasih aku banyaaak banget,"bisikku antara isakan."kamu ngasih aku s.org suami yang sayang sm istrinya, yg perhatian. Kamu ngasih aku kesempatan utk meraih surga-Nya. Kamu ngasih aku dede," senyumku sambil mengelus perutku.
"kamu ngasih aku sebuah keluarga yang sayang sama aku, kamu ngasih aku mama.." bisikku dlm cekat.

Terbayang wajah mama mertuaku yg perhatiannya setengah mati padaku, melebihi keluargaku sendiri.
"kamu yg selalu telfon aku setiap jam istirahat, yang lain mana ada suaminya yang selalu telfon istrinya tiap hari." isakku diselingi tawa.
Ia tertawa kemudian tangisnya semakin kencang di pelukanku .


Ya rabb, mungkin engkau belum memberikan kami karunia yang nampak dilihat mata, tapi rasa ini, dan rasarasa yang pernah ku alami bersama suamiku tak dapat aku samakan dg mimpimimpiku akan sebuah rumah mewah, kendaraan, jabatan, dan kekayaan lain yg hanya terasa dlm hitungan waktu. Mengapa aku masih bertanya, mengapa keberadaan dia disisiku masih ku nafikan nilainya.
Akan aku nilai apa ketulusannya atas apa saja yg ia berikan untukku ?
Hanya dengan keluhan ?

Ampuni aku ya Rabb ,
Atas ketidaksyukuranku . . .

Tidak ada komentar: